Entah sudah ada berapa ribu puisi, prosa, novel—film?—untuk berkata kalau kursi dan kekuasaan adalah narkotika. Dalam Animal Farm, George Orwell bertutur tentang sebuah cita-cita tentang ‘negara’ sempurna yang harus pupus karena dikhianati oleh pemimpinnya sendiri. Dumbledore, guru spiritual Harry Potter, memilih untuk menjadi profesor sekolah sihir Hogwarts, bukan menteri, karena kursi kekuasaan adalah godaan yang terlalu berbahaya.

Oleh karena itu sebuah kursi harus dibatasi, baik seberapa lama maupun seberapa luas dia boleh diduduki. Di pertengahan 1600-an Raja Charles I dari Inggris harus mengalah pada ujung pisau pancung karena kekeuh tidak mau berbagi kursi dengan parlemen rakyat Inggris. Demikian juga monarki Perancis yang runtuh di tangan kaum paria karena sofanya terlampau absolut.

Yang kita saksikan saat ini di Jogja adalah kebalikan dari situasi negara-negara itu 400 tahun yang lalu. Rakyat justru unjuk rasa ke DPRD menuntut agar Sri Sultan (dan keturunannya) duduk sebagai Gubernur Jogja untuk selama-lamannya.

Kursi Gubernur Sri Sultan
Tagged on:

25 thoughts on “Kursi Gubernur Sri Sultan

  • February 29, 2008 at 12:23 am
    Permalink

    sutan emang dah di cintai ma rakyatnya.. ada ikatan emosional antara pemimpin dan rakyatnya.

    Reply
  • February 29, 2008 at 12:35 am
    Permalink

    si zam piye? kapan lengser? apa seumur idup?

    Reply
  • February 29, 2008 at 6:35 am
    Permalink

    Wah… hebat dong sri sultan bisa dipercaya rakyat sampai seumur hidup.
    Tapi bisa gak ya kepercayaan rakyat itu dijaga dengan baik?
    Atau jangan-jangan ini hanya karena ikatan emosional semata?

    Reply
  • February 29, 2008 at 6:53 am
    Permalink

    Sri Sultan for President?
    Bisa jadi…

    :D

    Reply
  • February 29, 2008 at 10:11 am
    Permalink

    Rakyat jogja rasa percayanya memang sangat tinggi sampai meminta Sri Sultan menjadi Gubernur hingga batas waktu yang tak tertentu, saya pikir justru ini malah mempersempit jenjang Sri Sultan untuk tampil sebagai PRESIDEN INDONESIA 2009? biarlah beliau memilih sendiri apa yang beliau jalani, dukunglah beliau untuk menjadi R1 bukan hanya di Gubernur saja, bukan begitu mas Momon ?

    Reply
  • February 29, 2008 at 11:26 am
    Permalink

    Kharisma Sri Sultan memang luar biasa dihati rakyatnya :)

    Reply
  • February 29, 2008 at 12:06 pm
    Permalink

    ada yang cukup berani menjadi beda ditengah paduan suara terpimpin dan keyakinan yang diwariskan?

    Reply
  • February 29, 2008 at 12:47 pm
    Permalink

    Wah … wah…hebat… di Indonesia ada rakyat yg mempertahankan petingginya…

    Reply
  • February 29, 2008 at 3:20 pm
    Permalink

    isu-isunya sih krungu-krungu Gubernur bersumpah tidak mau “dipilih kembali” menjadi gubernur. tapi maunya “ditunjuk saja kembali” sebagai Gubernur Jogja gitchu..

    opo iyo..?? mosok sih..

    Reply
  • February 29, 2008 at 3:36 pm
    Permalink

    iyo..aku setuju mon…mbok ganti suasana yoh..!!!

    aku siap jd calon gubernur independent lho….

    partai eScoret…

    *yakin*

    Reply
  • February 29, 2008 at 4:24 pm
    Permalink

    kata berita yang gw baca tentang para lurah dan kepala desa itu: inilah cara paling demokratis memilih pemimpin. :D iya kah?

    Reply
  • February 29, 2008 at 5:17 pm
    Permalink

    sebagai bentuk anti-feodalisme, ..

    tetapi feodalism sendiri masih bertahan dalam kursi-kursi legislatif..

    podo wae..

    Reply
  • February 29, 2008 at 6:27 pm
    Permalink

    ada tradisi yang masih dicintai banyak orang, dan sayang untuk ditinggalkan. Mungkin ini salah satunya.

    Reply
  • March 1, 2008 at 6:55 am
    Permalink

    selama-lamanya? hoho ini pemaksaan kehendak… bentuk pelanggaran ham berat (andai sri sultan menolak) :)

    Reply
  • March 1, 2008 at 12:30 pm
    Permalink

    setuju banget dengan “otakhipan”

    sudah tradisi dan sayang untuk ditinggalkan…
    kebayang gak akan jadi seperti apa jika Jogja bukanlah lagi dipimpin Sultan atau orang dari kesultanan…
    apa pengaruhnya terhadap budaya dan gaya hidup masyrakat Jogja umumnya?

    apapun yang terjadi, semoga Jogja tetap berhati nyaman…

    Reply
  • March 1, 2008 at 7:00 pm
    Permalink

    menurut yg saya tahu sri sultan sudah yakin dan bertekad bulat untuk lengser keprabon. gak mau diangkat lagi menjadi gubernur, jadi demo kemarin itu untuk memaksa sri sultan untuk mau menjabat lagi.. jadi gimana ini?

    Reply
  • March 2, 2008 at 10:47 am
    Permalink

    Apa ini bukan bagian dari design mengangkat figur Sultan kembali ke level isu nasional? Bukannya ia lagi membidik RI-2 untuk 2009 nanti?

    Reply
  • March 2, 2008 at 11:18 am
    Permalink

    Anusapati
    Apa ini bukan bagian dari design mengangkat figur Sultan kembali ke level isu nasional? Bukannya ia lagi membidik RI-2 untuk 2009 nanti?

    Bisa jadi Mas.

    Lalu apa motifnya para lurah ini ya? Atau mereka tidak bermotif, lalu ada kalangan lain yang memanfaatkannya untuk motifnya sendiri?

    Reply
  • March 2, 2008 at 4:31 pm
    Permalink

    pertanyaannya: siapa ya panitia mobilisator rakyat?

    he he he

    Reply
  • March 3, 2008 at 1:23 am
    Permalink

    piye toh kok mao gitu ???

    Herman, kok di kotak ini tertulis

    “Mari Kita sukseskan program Keluarga Berencana” ????

    Reply
  • March 3, 2008 at 8:25 am
    Permalink

    kalo sultan jadi pemimpin jogya selamanya. berarti gak bisa nyalon jadi presiden kan?

    Reply
  • March 3, 2008 at 8:25 am
    Permalink

    mau membentuk jogja menjaid monarki lagi? tp sbnrnya tak masalah, asal sultan dan keturunannya memang pemimpin yang baik.

    Reply
  • March 3, 2008 at 11:21 am
    Permalink

    ada saat di mana rasionalitas politik modern kalah ma hal2 tradisonal yang dianggap dah ketinggalan jaman.

    Reply
  • Pingback:Bagian 2 Kursi Gubernur Sri Sultan - Politik - hermansaksono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.